Sabtu, 08 Maret 2014

Motivasi - Rasa Sebuah Ketulusan

Rasa Sebuah Ketulusan - Seorang teman karib menghampiri meja kerja anda. dan memungut sebatang pensil yang patah. Pintanya, "Boleh aku pinjam ini?" Anda yang sibuk hanya menengok dan berkata. "Ambil saja, ngak usah di kambalikan" Setelah itu anda lupa akan kejadian itu selamanya. 
Padahal bagi teman anda, pensil patah itu amat berharga dan bernilai demi pengerjaan tugasnya, walaupun itu hanya sebuah pensil yang menurut anda tidak beharga, tidak bernilai dan tak layak digunakan lagi. 

Tahukah anda bagaimana "rasa" sebuah ketulusan? Setiap hari kita pasti pernah memberikan sesuatu dengan setulus hati yang murni. Namun, tidak banyak yang mampu memahaminya. Karena ketulusan bukanlah rasa. apalagi untuk dirasa-rasakan. Ketulusan adalah rasa yang tak terasa, sebagaimana anda telah mengikhlaskan teman dekat anda untuk mengambil pensil patah anda. Tiada setitik pun keberatan. Tiada setitik pun permintaan terima kasih. Tiada setitik pun rasa berjasa. Semuanya lenyap dalam sebuah ketulusan hati.

Rasa Sebuah Ketulusan
Sayangnya, tidak mudah bagi kita untuk memandang dunia ini seperti pensil patah itu. Sehingga selalu ada rasa keberatan atau berjasa saat kita saling berbagi dengan sesama. Sayangnya tidak mudah juga untuk bersibuk-sibuk pada keadaan diri sendiri, sehingga pensil patah pun tampak bagai pena emas.

Namun demikian, tetaplah berbagi walaupun terasa berat, daripada tak berbagi sama sekali. Ingat bahwa WITING TRESNO JALARAN SOKO KULINO.
Jangan ingat-ingat perbuatan baik anda. Kebaikan yang anda letakkan dalam ingatan bagaikan debu yang tertiup angin.  Insya Allah, anda akan merasakan betapa nikmatnya dan bahagianya berbagi dengan sesama. Karena Hidup ini bukan hanya tentang kebahagianmu sendiri, namun tentang kebahagianmu berbagi bersama orang lain.

Kebaikan akan membawa kemuliaan. Akan ada banyak orang yang mendoakanmu karena kebaikan yang telah kamu perbuat.

Dan ingat juga bahwa : Selalu Ikhlaslah pada hal yang telah kamu perbuat di masa lalu, walaupun itu pahit ataupun manis. Karena masa lalu hanya bisa dikenang, tak akan bisa diulang.

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (Q.S An-Nisa' : 125)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar